Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Nama lengkap : Ari Indra Prihatiningsih

Nama panggilan : Ari

 

Cerita tentang orang tua

Bapak dan Ibu saya berprofesi sebagai guru, Bapak meninggal pada saat saya masih berumur sekitar 6 bulan. Betapa sedihnya, karena masih kecil sudah menjadi seorang anak yatim yang belum mengerti akan kerasnya hidup ini. Untuk meringankan beban ibu, akhirnya saya dan kakak nomor 4 (Mas Agung) diasuh kakek dan nenek dari ibu yang berada di Waru-Sidoarjo. Sebenarnya berat hati ibu melepas kami berdua dari asuhan beliau, tetapi apalah daya, hidup harus terus berlangsung tetapi kebutuhan hidup Bersama lima orang anak tanpa ada Bapak adalah sangat berat. Maka kami berdua, hidup Bersama Kakek dan Nenek di Waru-Sidoarjo.

 

Cerita masa kanak-kanak

Masa kanak-kanak adalah masa yang menyenangkan bagi saya, karena masa kecil adalah masa bermain. Jarak usia saya dan kakak adalah 2 tahun, jadi bisa dibayangkan betapa kesabaran kakek dan nenek diuji dengan mengasuh dua cucunya yang kecil. Kakek adalah seorang pensiunan Sipil Angkatan Laut, sedangkan nenek adalah seorang yang berwawasan tradisional sekali, jauh dari kata modern.

Pada masa usia sekolah, saya dan kakak bersekolah di SDN Kedungrejo II Waru-Sidoarjo. Pada masa itu belum ada sekolah TK, apalagi PAUD. Jadi saat saya masuk kelas 1 SD, kakak sudah kelas 3 SD. Betapa  sedih hati kami saat ibu menjemput kakak untuk hidup bersama di Nganjuk lagi, karena ibu tidak ingin terlalu membebani nenek dan kakek. Kedua orang tua itu sangat sedih karena harus berpisah dengan salah satu cucunya, begitu juga saya. Masa sekolah saya sangat menyenangkan. Kebutuhan sekolah saya selalu terpenuhi dan terbentuklah saya menjadi siswa yang pandai waktu itu karena kakek adalah seorang yang sangat perhatian terhadap Pendidikan. Kalua boleh saya katakana, kakek saya adalah seorang yang pintar dan religious pada waktu itu. Semua mata pelajaran yang saya dapatkan di sekolah, beliau bisa mengajari apabila saya mengalami kesulitan. Beliau pandai berbahasa Belanda dan agamanya adalah mengikuti aliran kepercayaan “SAPTO DARMO”, salah satu aliran kepercayaan saat itu.

Tahun demi tahun berjalan, sampai saat masa SMP saya bersekolah di SMPN 1 Sidoarjo, sebagai seorang pensiunan, uang pensiun ternyata masih belum memadai untuk hidup kami bertigas. Maka untuk memenuhi kebutuhan hidup, nenek membuka warung nasi di depan rumah. Kakek juga tidak tinggal diam, setiap hari membantu nenek berjualan, sedangkan saya tidak boleh membantu karena tugas saya hanya belajar. Sampai pada suatu hari saat saya masih kelas 1 SMP, kakek meninggal. Saya sangat sedih dan takut karena harus hidup sendiri bersama nenek. Nenek tidak bisa mengajari apabila ada kesulitan pelajaran sekolah yang harus saya selesaikan. Saya sering menangis di sekolah jika teringat kakek, teman-teman menghibur dengan caranya agar kesedihan saya tidak berlarut-larut. Tidak ada yang membenahi jika ada bagian rumah kami yang perlu perbaikan. Jika saat mengambil raport di akhir tahun, tidak ada yang mengambilkan raport saya. Tetapi saat itu, wali kelas memahami keadaan saya dan tetap memberikan raport. Setelah saya lulus SMP, nenek tidak lagi berjualan.

 

Cerita masa remaja

Setelah lulus SMP, saya diminta ibu bersekolah di Nganjuk supaya lebih mengenal saudara, kerabat dan keluarga yang ada di Nganjuk. Saya bersekolah di SMPP (sekarang SMAN 2) Nganjuk jurusan IPA. Nenek ditemani kakak saya yang nomor 2 (Mas Budi) yang bekerja di PT. Gudang Garam di Medaeng Sepanjang-Sidoarjo.

Masa remaja saya saat SMA ternyata masih dibayang-bayangi kehidupan Bersama nenek, setiap bulan saya masih pulang ke Waru-Sidoarjo untuk melepaskan kerinduan kepada nenek. Saat liburan semester ataupun libur akhir tahun ajaranpun saya tetap pulang ke rumah nenek.

Berangkat dan pulang sekolah saya naik sepeda. Sepeda saya Phoenix warna biru yang remnya sudah blong, jadi ngeremnya pakai sepatu sehingga sepatu saya tipis dan bolong dibagian ujung depan. Sepeda itupun kadang gentian pakaianya dengan kakak yang sudah kelas 3 SMA, jika kakak pakai sepeda, saya naik colt (angkot saat itu). Saat saya sudah kelas 3 SMA, ada teman yang selalu ngampiri jika berangkat dan mengantar saat pulang sekolah dengan bersepeda. Tri Suryani Herawati nama teman say aitu. Nostalgia SMA sangat indah, sering main Bersama-sama dengan teman sekelas. Sering setiap pulang sekolah saya bermain ke rumah Wiwik Wahyuntari (Istri Pak Edi Sabadilla S). Itupun selalu bersepeda. Saya tidak punya sepeda motor. Walaupun dengan segala keterbatasan yang ada, masa SMA adalah masa yang paling indah menurut saya. Pada saat kelas 2 SMA, saya mengisi acara perpisahan sekolah dengan ikut vocal group. Saya memainkan gitar mengiringi kelompok vocal. Saat itu, dalam hati, saya sudah merasa keren dan bangga.

Tahun 1984 saya lulus dari SMPP Nganjuk dan harus meninggalkan Nganjuk untuk melanjutkan kuliah S1 jurusan Pendidikan Biologi. Di IKIP Surabaya tempat kuliah saya, ini yang akhirnya saya hidup Bersama Nenek lagi.

IKIP Surabaya berada di Ketintang-Surabaya sedangkan rumah nenek di Waru-Sidoarjo. Untuk kuliah saya harus naik angkot atau bis kota. Tidak seperti mahasiswa saat ini, menuju ke tempat kuliah dengan sepeda motor ataupun bahkan mobil. Banyak teman mahasiswa yang berasal dari daerah seperti saya, juga menggunakan angkot/bis kota jika menuju tempat kuliah. Tahun 1987 saya mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Babad Lamongan dan Kuliah Kerja Nyata di Desa Cerme, Kec. Ngimbang Lamongan. Tahun 1988 saya lulus dari IKIP Surabaya.

 

Cerita masa dewasa

Setelah lulus dari IKIP Surabaya, saya memberikan les privat di Waru-Sidoarjo dengan siswa beragam mulai dari TK sampai SMA. Betapa hari-hari saya sibukkan dengan les privat. Oleh sebab itu pendapatan saya mengalahkan gaji pegawai negeri saat itu tapi tanggung jawab yang saya pikul sangat besar. Akhirnya saya berinisiatif melamar menjadi guru di SMP Dharma Wanita 2 Gedangan Sidoarjo dan SMA Nasional Lamongan.

Bekerja 2 hari di SMA Nasional, 2 hari di SMP Dharma Wanita 2 dan 2 hari memberi les privat di rumah. Saya akhirnya mengikuti test CPNS dan diterima pada tahun 1990 menjadi guru di SMPN 2 Bagor. Kembali ke Nganjuk, mengajar di Nganjuk dan akhirnya tahun 1993 menikah dengan bapak Nasir yang dulu adalah teman SD di SDN Kedungwaru II Waru-Sidoarjo yang saat itu bekerja di Dinas Pertanian. Saya dikaruniai dua orang putri. Ogif Ratunar Rahmatullah dan Oci Ardana Putri. Karena SMPN 2 Bagor sengaja dimatikan untuk mendirikan SMK di Kecamatan Bagor, mau tidak mau saya tetap berada di sekolah tersebut sampai siswa SMPN 2 Bagor lulus semua dan karena saya sudah lolos mengikuti tes calon kepala sekolah SMP dan hanya menunggu penempatan. Tahun 2010 siswa SMPN 2 Bagor lulus semua, saya dimutasi ke SMPN 2 Berbek. Tahun 2013 diangkat menjadi kepala sekolah di SMPN 3 Bagor selama kurang lebih 4 tahun, tahun 2017 menjadi kepala sekolah SMPN 1 Wilangan selama lebih dari 1 tahun, tahun 2018 dimutasi menjadi kepala sekolah SMPN 5 Nganjuk selama kuranga lebih 5 tahun dan per 1 Juni 2023 menjadi kepala sekolah SMPN 1 Pace.

 

Cita-cita

Cita-cita saya sebenarnya adalah menjadid insinyur pertanian. Sebelumnya tidak memiliki cita-cita sebagai guru, tetapi punya angan-angan seandainya tidak jadi insinyur pertanian ya minimal menjadi dosen di perguruan tinggi. Alasan mendasar saat ini menjadi guru adalah panggilan jiwa saya untuk mencerdaskan dan mendidik anak bangsa. Saya tidak pernah menjalani profesi selain guru. Perasaan saya saat pertama kali menjadi profesi sebagai guru adalah bangga tapi agak sedikit khawatir, bisakah saya? Mata pelajaran yang pernah saya ajarkan adalah Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Banyak Sukanya menjadi guru, murid bisa diajak belajar Bersama, berteman, bertukar pikiran dan yang terpenting ketika sudah lama lulus dari sekolah, mereka tetap tidak melupakan saya. Dukanya hamper tidak ada karena menjadi guru sudah menjadi niat yang mendarah daging dalam jiwa, jadi kendala apapun tidak menjadi duka yang berarti bagi saya.

Motivasi bagi siswa: Apabila melakukan sesuatu hal yang positif, apabila belajar, lakukanlah sepenuh hati. Jangan setengah hati, In Sya Allah akan berhasil apa yang diinginkan, nilai, keterampilan dan bahkan cita-cita akan bisa diraih.

Harapan untuk anak-anak di sekolah: Patuhilah perintah orang tua dan guru karena restu orang tua dan ilmu yang diberikan oleh guru akan bermanfaat dalam hidupmu kelak. Jadilah anak yang berbudi pekerti luhur dan berakhlaq mulia. Hormati kedua orang tuamu dan gurumu.

Motto dalam hidup: “Impian akan menjadi kenyataan, jika pikiran berubah menjadi Tindakan”.

Keluarga adalah tempat yang nyaman untuk pulang, harta yang paling berharga dalam hidup jika ada keluarga.

Saat ini saya dan Bapak hanya berdua di rumah karena putri pertama saya lulus S2 Arsitektur dari UNS Solo. Alhamdulillah sudah bekerja, sydah punya tempat tinggal di sana dan sudah berkeluarga. Sedangkan putri kedua saya juga sudah lulus dari Sekolah Tingga Transportasi Darat (STTD) di Bekasi. Mari kita syukuri, mari kita bina sebaik-baiknya apa yang ada dalam keluarga, berkah Allah SWT akan senantiasa kita dapatkan.

Semoga bisa menginspirasi….

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.